Kamis, 02 Juni 2016

Cerpen

“Pesawat Terbang Buat Adek”
Namaku Raka, aku sekolah di SMA N 1 Surakarta bersama adikku Aldo di SD N Balapan Surakarta. Aku duduk di kelas 1 SMA, dan adikku baru kelas 5 SD. Kami tinggal bersama nenek, nenek Yun orang biasa memanggilnya. Nenek selalu mendukungku untuk menjadi seorang dokter. Tapi sebaliknya, nenek menentang cita-cita Aldo. Entah karena apa, tapi nenek selalu marah setiap Aldo berkeinginan untuk meraih cita-citanya. Memang Aldo masih kecil, tapi semangatnya untuk menjadi seorang pilot sangat besar. Aku dan Aldo bingung. Nenek lah yang merawat kami setelah ayah meninggal dan ibu pergi. Tapi nenek tidak pernah menceritakan karena apa ayah meninggal dan kemana ibu pergi. Kami pun semakin bingung. Banyak hal yang belum aku ketahui dari keluarga ini. Terlebih, tentang cita-cita Aldo.
“Aldo kemana Raka?” panggil nenek dengan wajah marah.
 “Tadi udah pulang bareng Raka nek, tapi nggak tau sekarang kemana. Mungkin main sama teman-temannya”.
Aku mencoba untuk selalu melindungi adikku. Tapi aku juga tidak bisa berbohong sama nenek. Aku tahu adikku pergi ke bandara Adi Sumarmo yang jaraknya kurang lebih 1 km. Aku dan adikku mempunyai sifat yang berbeda. Aku lebih penurut dibandingkan adikku. Aku lebih suka dirumah dan sebaliknya.
Aku mendengar langkah kaki Aldo. Aku tahu adikku sudah datang. Dan aku juga tahu kalau nenek pasti marah.
 “Darimana saja kamu. Udah lihat apa aja. Seneng habis dari sana..”
Nenek memang tidak bisa diam kalau sudah marah. Dan Aldo, adikku satu ini memang selalu menuruti semua apa yang aku katakan, untuk diam ketika nenek marah.
“brakk..” Aldo menutup pintu kamarku.
Aldo selalu datang kepadaku setelah ia dimarahi nenek.
“kak, sepertinya nenek tahu kemana aja aku pergi. Atau kak Raka yang bilang sama nenek?”.
Aldo mengintrogasiku bagaikan aku adalah seorang tersangka. Aku hanya diam. Karena aldo tidak akan berhenti bicara kalau aku menjawabnya. Aku tahu, setelah nenek mengetahui cita-cita Aldo, nenek selalu mengawasi kemana saja Aldo pergi. Tapi, aku tidak mengatakannya kepada adikku. Karena aku mendukung cita-cita adikku itu.
“Ya, siapa lagi yang mendukung Aldo kalau bukan aku?” tanyaku dalam hati.
Aku sangat sayang sama adikku. Karena hanyalah dia yang aku punya, selain nenek. Toh, nenek selalu sibuk dengan perkebunan jati milik nenek yang letaknya tidak cukup jauh dari rumah kami. 
“Dek, kakak mau tanya, kenapa kamu pengen jadi pilot?” tanyaku dengan serius.
“kakak tahu ibu kemana?” adikku berbalik tanya kepadaku.
Dengan sontak aku menghentikan gerak mataku yang dari tadi membaca buku. Aku bingung, aku harus menjawab apa. Tapi sebelum aku menjawab, adikku mulai bertanya lagi.
“Kenapa nenek tidak pernah bilang kemana ibu pergi?. Sebenarnya, kak Raka pengen enggak ketemu ibu?”. Seandainya aja, ibu disini. Pasti nenek enggak berani marahin aku. Dan nenek enggak akan berani ngelarang aku pergi kemana-kemana”.
“Amiiin... kakak juga berfikir begitu”.
Aku mencoba menyenangkan hati adikku dengan bersikap –care- dengannya. Tapi, adikku juga benar.
“Andai saja ibu disini”. Kataku dalam hati.
“Dek..” panggilku dengan lirih.
“Iya kak,”
“Nenek pernah cerita sama kakak..” sahutku.
“Cerita apa kak..?”
Aku mencoba menceritakan dengan pelan-pelan, dan hati-hati. Mungkin ceritaku ini dapat mengurangi keingintahuannya sedikit. Karena aku pun juga baru mengetahui ini baru-baru saja. Dan sebaiknya aku menceritakannya karena adikkupun juga harus tahu. Entah, apa yang nanti akan kukatakan, menurutnya penting atau tidak. Tapi, sekarang dia memang benar-benar ingin tahu.
“Ayolah kak, nenek pernah cerita apa?”. Sambungnya.
“Nenek itu pernah bilang sama kakak, kalau ayah meningggal ketika kamu umur 3 tahun. dan ketika itu kakak kelas 3 SD.”
“Terus ibu kemana kak?”. Tanyanya.
“Kalau itu nenek belum cerita sama kakak”.
“Yaelah..”
Terlintas difikiranku kalau aku tidak seharusnya meneruskan ceritaku. Karena aku tak tahu pasti, benar atau tidak kalau ayah meninggal dalam kecelakaan pesawat dan ibu, pergi mencari ayah. Itulah yang sangat mengganjal di hidupku sekarang.
Aku tahu itu setelah aku bertemu dengan om Joko. Sahabat karibnya ayah. Tapi tanpa sepengetahuan nenek. Dan kamipun bertemu juga tidak sengaja. Aku bertemu dengan om Joko ketika aku hendak pulang dari toko buku kemarin sore. Beliau mengenaliku, karena wajahku tidak banyak berubah dari waktu masih aku kecil. Begitu katanya.
Om Joko mengajakku pergi ke resto masakan padang. Karena beliau sangat tahu kesukaanku dari masih kecil. Dan itupun masih terbawa ketika aku besar. Banyak yang kita bicarakan. Tentang ayah, dan ibu. Katanya, ayah dulu seorang pilot sebelum ayah meninggal. Ayah sangat baik. Banyak orang yang suka kepadanya, karena ayah suka menolong terlebih lagi ayah itu orangnya humoris tapi, ayah juga seorang yang keras kepala. Samalah dengan sifatnya “Aldo” –keras kepala-. Dan ibu, ibu juga sangat baik. Mereka berdua sama-sama baik dan punya banyak teman. Tapi ibu lebih pendiam. Sepertinya aku mewarisi sifat ibuku. Dan hanya itulah yang om Joko ceritakan kepadaku.
Sedikit lega ketika aku mengetahui bagaimana ayah dan ibuku dulu. Bagiku itu bisa membuka sedikit demi sedikit rahasia tentang keluarga ini yang belum sepenuhnya aku ketahui. Dan Aldo, dia sudah mulai diam. Karena sekarang dia mulai ngantuk dan tidur.
@@@
Keesokan harinya, seperti biasa aku dan Aldo berangkat sekolah. Dan nenek juga sudah tidak marah lagi. Seperti apa yang aku dengar akhir-akhir ini setiap kali akan berangkat sekolah.
“Aldo, kamu jangan nakal. Jangan main di bandara itu. Jauhi yang namanya pesawat”.
Itulah. Sepertinya aku mulai tahu mengapa nenek bilang seperti itu. Mungkin nenek trauma karena ayah meninggal dalam kecelakaan pesawat. Aku tahu itu dari om Joko.
@@@
Ketika aku menjemput Aldo, ada guru yang bercerita tentang keaktifan Aldo di dalam kelas.
Aldo bertanya, “Kenapa pesawat bisa terbang. Kenapa pilot bisa tau arah pesawat terbang. Dan bagaimana Aldo bisa terbang, terus bertemu ibu”.
Itulah yang Aldo tanyakan kepada bu Mus.
Bu Mus bertanya kepadaku, “Jadi Aldo itu pengen jadi pilot ya?”.
Aku menjawab, “Iya bu, katanya sih begitu...”.
@@@
“Kak, nanti aku mau lihat pesawat lagi ya..”.
“Ya, tapi pulangnya jangan kemaleman kayak kemaren. Nanti kalau nenek tahu kamu dimarahin lagi”.
“Oke deh kak, pokoknya sebelum nenek pulang nanti Aldo pasti udah ada di rumah.”
“Ya, inget tuh janji kamu”.
Kali ini Aldo ingin pergi bawa sepeda. Dia mencari sepedanya di gudang. Tapi, Aldo menemukan miniatur pesawat lengkap juga dengan foto-foto waktu ayah jadi pilot. Ya. Aldo menemuiku. Bertanya kepadaku.
“Kak, lihat deh. Aku nemu apa.. ini ada pesawat. Bagus banget ya kak..?”
Saat Aldo menunjukkkan pesawat yang ia temukan tadi, mataku tidak tertuju pada benda itu. Tapi, aku melihat foto ayah lengkap dengan seragam pilotnya. Ya. Semoga saja Aldo tidak menyadarinya. Tapi, ini memang saatnya.
“Kak, lihat juga deh. Ini ayah bukan? Jadi ayah dulu seorang pilot ya? Wah.. keren...”. Kata Aldo sangat senang.
Terlintas di fikiranku. Aku menyadarinya.
“Apa mungkin, ayah meninggal ketika bertugas menjadi seorang pilot? Karena itukah nenek menentang cita-cita Aldo? Dan apa mungkin, ibu pergi karena ibu enggak percaya kalau ayah sudah tiada? Ya tuhan. Inikah rahasia keluargaku?”. Tanyaku dalam hati.
Tanpa basa-basi aku menelpon nenek untuk cepat pulang. Dan Aldo, aku melarangnya untuk tidak pergi kali ini. Ya. Setengah jam kemudian nenek tiba. Aku bertanya apa yang aku sangkakan tadi di dalam hatiku. Tak kusangka. Semua hampir benar. 
“Maafkan nenek yang tidak memberitahu kalian dari dulu. Nenek takut kalian akan sedih. Dan juga nenek tidak mau mengingat kejadian itu lagi. Bagi nenek, kejadian itu masih sulit untuk di lupakan. Dan tentang ibumu, dia depresi dan sekarang ada di rumah sakit jiwa.” Begitu penjelasan nenek.
waktu itu kita langsung pergi ke rumah sakit jiwa menemui ibu. Ya. Cantik. Ibu terlihat cantik seperti yang ada di foto. Meskipun sedang sakit, ibu masih terlihat cantik.
@@@
Sudah seminggu kita merawat ibu. Kata dokter, besok ibu sudah boleh pulang. Tepat tanggal 20 Mei ulang tahun Aldo ke 11. Ini akan menjadi hadiah yang paling indah buat Aldo.
Hari ini, hari ulang tahun Aldo. Dan juga hari dimana ibu bisa pulang kerumah dan kami akan berkumpul. Hari ini juga, aku sudah menyiapkan hadiah buat Aldo.
Teman-temanku bilang,
“Hai Raka, sepertinya hari ini kamu seneng banget. Wajah mu itu lo, kelihatan berseri-seri.”
“ya..makasih. Hari ini memang hari yang indah.” Jawabku.
Dengan semangat aku keluar dari toko mainan. Aku membeli miniatur pesawat spesial buat adikku, Aldo. Dengan uang sakuku yang selama ini aku tabung. Tapi, tuhan berkehendak lain. Hari yang paling indah. Menjadi hari yang menyedihkan.
Terlihat motor yang melaju dengan kencang dari kejauhan. Tiba-tiba, hanya dengan hitungan detik.
“Brak..”
Dengan sekejab seragam putihku menjadi merah. Sempat aku dilarikan ke rumah sakit. Tapi, ini sudah waktunya aku pergi. Selamat tinggal semuanya. Aldo, nenek dan ibu selamat tinggal. Sekarang aku akan menyusul ayah di surga. Raka sayang semuanya. Doakan Raka, semoga Raka bisa bertemu ayah.
Aku tinggalkan miniatur pesawat terbang dan surat buat adikku, Aldo.
“Aldo, adikku yang paling bandel. Selamat ulang tahun. Semoga kamu jadi anak yang baik selalu. Raihlah cita-citamu. Berbaiklah sama nenek. Jaga dan sayangilah, ibu dan nenek. Dan semoga kamu suka dengan hadiah dari kakak”.
Cukup singkat surat yang ku beri. Cukup singkat juga hari itu. Kini aku pergi untuk selama-lamanya.
-The end-






Tentang Penulis

Dian Yulia Nastiti lahir di Grobogan, 21 Juli 1997. Penulis adalah anak tunggal. Sekarang, penulis duduk di kelas 2 SMK Negeri 1 Purwodadi bidang keahlian Akuntansi. Hobinya bukan membaca novel, ataupun menulis. Tapi, penulis berusaha untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia. Dan ini adalah karya pertama dari penulis. Penulis sangat berterima kasih kepada Ibu Indra Hermarita, karena beliaulah cerpen ini bisa tercipta. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lengkap tentang penulis, bisa melihat profil penulis melalui Facebook : Dian Yulia. Untuk pembaca yang ingin menyampaikan kritik atau saran ke penulis, bisa menghubungi lewat media sosial diatas, atau dengan e-mail : Dianyulia09@gmail.com. Cerpen : “Pesawat Terbang Buat Adek”



Rekonsiliasi Bank dan Contohnya

REKONSILIASI BANK
Rekonsiliasi Bank merupakan analisis dan jumlah yang menyebabkan saldo kas yang dilaporkan dalam rekening bank berbeda dari saldo kas dalam buku besar dan bertujuan untuk menghasilkan saldo kas yang disesuaikan.
Saldo kas menurut bank                                                                                             Rpxxx
Ditambah: Debit ke kas, yang tidak terdapat dalam laporan bank
                  (setoran yang belum dicatat oleh bank,dll.)                      Rpxxx
Dikurangi: Kredit ke kas yang tidak terdapat dalam laporan bank
                   (cek yang belum di uangkan,dll.)                                     Rpxxx
                                                                                                                                    Rpxxx
Saldo   kas disesuaikan                                                                                               Rpxxx.xxx

Saldo kas menurut catatan perusahaan                                                                       Rpxxx
Ditambah: Kredit bank yang belum dicatat (wesel tagih,dll.)            Rpxxx
Dikurangi: debit bank yang belum dicatat (cek kosong,beban adm,dll)Rpxxx
                                                                                                                                    Rpxxx
Saldo kas disesuaikan                                                                                                 Rpxxx.xxx

Contoh soal :
Saldo akun PT Benyamin per 30 April sebesar Rp 18.885.000. Rekening bank menunjukkan saldo Rp23.775.000 pada tanggal 30 April 2015.Membandingkan rekening bank dan fotokopi cek yang diuangkan serta memo dengan catatan perusahaan mengunggkapkan informasi yang perli di cocokkan berikut ini :
a. Cek yang belum diuangkan berjumlah Rp7.840.000.
b. Setoran sebesar Rp3.580.000 mencerminkan penerimaan tanggal 30 April yang terlambat muncul dalam rekening bank.
c. Bank telah menerima pembayaran wesel tagih sebesar Rp3.780.000. Nilai yang tercantum dalam surat tersebut adalah Rp3.600.000.
d. Cek senilai Rp770.000 yang dikembalikan,telah salah catat oleh PT Benyamin menjadi Rp700.000. Cek tersebut untuk pembayaran kewajiban kepada PT Candra untuk pembelian perlengkapan kantor secara kredi.
e. Cek yang ditarik senilai Rp330.000 telah salah dibebankan oleh bank menjadi Rp3.300.000.
f. Beban administrasi bank untuk bulan April berjumlah Rp110.000.
Buatlah rekonsiliasi bank dan ayat jurnal yang diperlukan!
Jawab:
PT Benyamin
Rekonsiliasi Bank
30 April
Saldo kas menurut rekening bank                                                                          Rp23.775.000
Dicatat: Setoran tanggal 30 April yang belum dicatat bank               Rp3.580.000
Kesalahan bank dalam mencatat cek Rp3.300.000-Rp330.000         Rp2.970.000
                                                                                                                               Rp6.550.000
                                                                                                                              Rp30.325.000
Dikurangi: Cek yang belum diuangkan                                                                Rp7.840.000
            Saldo Kas yang disesuaikan                                                                     Rp22.485.000


Saldo kas menurut catatan perusahaan                                                                  Rp18.885.000
Ditambah : pembayaran wesel tagih daan bunga bank           Rp3.780.000
                                                                                                                                Rp3.780.000
                                                                                                                               Rp22.665.000

Dikurangi: kesalahan mencatat oleh perusahaan
 Rp770.000-Rp700.000                                                          Rp70.000
Beban administrasi bank                                                         Rp110.00
                                                                                                                                  Rp180.000
            Saldo Kas yang disesuaikan                                                                      Rp22.485.000

Jurnal yang diperlukan
30 April           Kas                                          Rp3.780.000
                                    Wesel tagih                                         Rp3.600.000
                                    Pendapatan bunga                               Rp180.000

30 April           Utang usaha                            Rp70.000
                        Beban administrasi bank         Rp110.000

                                    Kas                                                      Rp180.000